Pakaian Adat Khas Jawa Tengah
Provinsi ini berdiri sejak zaman Syarikat Hindia Timur
Belanda ini , didiami oleh sekitar 30 juta jiwa penduduk yang mayoritas adalah
Suku Jawa. Suku jawa adalah suku asli yang telah mendiami wilayah Jawa Tengah
selama berabad-abad lamanya.
Suku
jawa juga merupakan etnis terbesar di Indonesia, orang dari Suku Jawa tidak
hanya tersebar di wilayah Pulau Jawa saja tapi juga ke seluruh wilayah di
Indonesia. Walaupun begitu suku jawa dikenal dengan kekuatan kebudayaannya,
khususnya masyarakat Jawa Tengah yang sampai saat ini masih menjunjung tinggi
adat istiadat atau tradisi warisan nenek moyang orang jawa.
Masyarakat Jawa tengah dikenal memiliki
kepatuhan yang tinggi terhadap adat istiadat. Hal ini juga mempengaruhi
bagaimana kebudayaan jawa tengah ini terus bertahan hingga dikenal oleh
masyarakat luar jawa. Masyarakat luar jawa dapat dengan mudah mengenali
karakter atau budaya orang jawa tengah.
Selain dengan bersosialisasi, masyarakat Jawa
tengah juga mudah dikenali dari busana atau pakaian yang dikenakan. Masyarakat
Jawa tengah memang memiliki kekhasan busana. Busana khas dari jawa tengah adala
kebaya. Walaupun kebaya dikenal di berbagai daerah di Indonesia tapi Jawa
Tengah memilki ciri khas kebaya tersendiri.
Kebaya berasal dari kata abaya dalam bahasa arab yang
berarti tunik panjang khas Arab. Kebaya sendiri dipercaya dibawa oleh orang
tiongkok ke Indonesia pada masa migrasi besar-besaran melalui semenanjung Asia
Selatan dan tenggara di abad ke 13 hingga 16 Masehi.
Di jawa tengah sendiri kebaya mengalami
akulturasi dengan adat istiadat daerah setempat. Sebelum tahun 1600 Masehi,
kebaya hanya digunakan di kalangan kerajaan saja namun setelah belanda masuk ke
nusantara dan mengendalikan pemerintahan para wanita belanda juga mulai memakai
busana kebaya.
Pada masa ini kebaya mengalami modifikasi dari
bahan pembuatan yang memakai sutera sampai kepada sulaman yang berwarna-warni.
Sejak saat itu kebaya mulai dikenakan oleh seluruh lapisan masyarakat Nusantara
tidak terbatas di kalangan kerajaan saja.
Kaum perempuan Jawa tengah biasanya memakai
kebaya sebagi pakaian sehari-hari atau pada acara-acara formal seperti
pernikahan, upaca adat dan acara lainnya. Kekhasan kebaya Jawa Tengah adalah
modelnya yang merupakan model kebaya Solo atau keratin Surakarta.
Selain
itu, masyarakat jawa tengah juga mengenal dua jenis kebaya yaitu kebaya pendek
dan kebaya panjang. Kebaya pendek biasanya terbuat dari bahan katun polos
berwarna atau brokat yang bisa juga dihiasi dengan bunga sulam. Kebaya ini juga
yang biasa dipakai oleh perempuan jawa tengah sebagai busana sehari-hari.
Jenis kebaya ini juga dikenal sebagai kebaya
RA Kartini yang merupakan tokoh emansipasi perempuan dari jawa tengah yang
dikenal di seluruh Indonesia bahkan sampai ke luar negeri. Perempuan jawa
tengah biasanya memaki kebaya dengan menambahkan kain berbentuk persegi panjang
dengan warna senada sebagai penyambung kedua sisi kebaya di bagian dada.
Dalam memakai kebaya ini, perempuan jawa
tengah melengkapinya dengan kemben sebagai penutup dada dan kain jarik batik
sebagai bawahan serta memakai sanggul atau konde. Sedangkan kebaya panjang
adalah jenis kebaya yang terbuat dari bahan brokat berwarna gelap seperti hitam
dan merah tua, yang dihiasi pita emas di sekitar baju.
Pemakaian kebaya ini juga dilengkapi dengan
kain jarik batik berlipat dan selendang. Kebaya panjang biasa digunakan oleh
perempuan jawa tengah pada acara-acara resmi atau acara adat.
Khusus dalam acara pernikahan, kebaya ini
digunakan pengantin dengan dilengkapi aksesoris seperrti tusuk konde emas dan
untaian bunga melati yang dipasang di sanggul pengantin serta sebuah sisir yang
beerbentuk hamper setengah lingkaran yang dipakai di pusat kepala.
Kebaya
Jawa tengah tidak semata-mata busana yang lazim dikenakan oleh perempuan Jawa.
Di balik itu, kebaya juga menyimpan nilai-nilai moral dan nilai filosofis.
Secara moral kebaya merupakan pakaian yang menyimbolkan kepribadian perempuan
jawa yang patuh, lemah lembut, dan halus.
Kain jarik yang membebat tubuh sehingga
membatasi gerak-gerik permepuan jawa bermakna bahwa perempuan jawa adalah sosok
yang menjaga kesucian dirinya dalam arti tidak mudah menyerahkan diri kepada
siapapun. Bentuk stagen yang membentuk tubuh bermakna bahwa perempuan jawa
adalah sosok yang mampu menyesuaikan diri.
Dari nilai-nilai yang terkandung tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa kebaya merupakan symbol dari pepatah jawa “dowo
ususe” yang berarti panjang ususnya atau dapat diartikan kesabaran seorang
perempuan jawa.
Kini, kebaya mengalami banyak modifikasi
sebagai busana tradisonal yang masih dipertahankan sebagai aset budaya.
Meskipun, kekinian kebaya sudah tidak lazim lagi menjadi pakaian sehari-hari.
Eksistensi kebaya masih bertahan dan terus berkembang sebagai busana khas
Indonesia.
Kebaya saat ini juga dikenal dengan istilah
kebaya klasik dan kebaya modern (telah mengalami penyesuaian dan modifikasi
dengan kondisi kekinian). Meskipun begitu kebaya tetap harus menjaga nilai
filosofis yang terkandung di dalamnya karena kebaya adalah symbol dari
perempuan jawa.
Pakaian tradisional Jawa Tengah tidak terpaku
ppada pakaian kaum perempuan saja. Kaum lelaki jawa tengah juga memiliki busana
sendiri yaitu Jawi Jangkep. Jawi Jangkep merupakan seperangkat pakaian lelaki
jawa yang terdiri dari baju beskap dengan motif kembang-kembang, destar atau
blankon yang digunakan di kepala, kain samping jarik, stagen untuk mengikat
kain samping, dan keris serta alas kaki (cemila).
Pakaian ini adalah pakaian khas Jawa Tengah
yang berasal dari pakaian kaum bangsawan dan keuarga keraton Surakarta. Pakaian
ini berfungsi sebagai pakaian pada acara-acara adat dan acara resmi keratin.
Sama halnya dengan kebaya, pakaian ini merupakan symbol-simbol yang mengandung
makna-makna filosofis.
Penutup kepala atau blankon ini bermakna bahwa
laki-laki jawa harus memiliki pikiran yang teguh dan tidak mudah
terombang-ambing. Pakaian beskap selalu memilki benik atau kancing di sebelah
kiri dan kanan yang bermakna, lelaki jawa harus memperhitungkan segala
perbuatan yang dilakukan dengan cermat dan hati-hati.
Kain jarik atau wiru jarik yang dipakai dengan
melipat pinggiran secara vertical dengan maksud agara jarik tidak terlepas dari
wirunya. Maknanya adalah agar para lekaki jawa jangan sampai melakukukan
sesuatu dengan keliru. Segala hal harus dilakukan dengan benar agar memperoleh
hasil yang baik.
Sedangkan
keris yang dikenakan di bagian belakang pinggang pakaian ini bermakna bahwa
manusia harus selalu bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan mampu menolak
semua godaan setan yang menyesatkan manusia. Selain itu keris juga menjadi
lambing kejantanan dan keperkasaan seorang lelaki Jawa.
Berbagai keunikan pakaian adat Jawa Tengah :
1. Pakaian adat wanita : bernama kebaya (terbuat dari bahan katun, beludru, sutera brokat, dan nilon yang berwarna cerah).
2. Pakaian adat pria terdiri dari Baju Beskap dengan motif bunga, pakaian bawah berupa jarik yang dililitkan di pinggang dan di ikat dengan stagen dan sabuk, blangkon, selop, serta aksesori tambahan seperti keris.
3. Pakaian adat wanita dilengkapi dengan sanggul dan konde.
4. Bagi wanita, memiliki tambahan tata rias yang unik pada wajahnya terutama bagian dahi.
5. Warna-warna khas pakaian adat Jawa Tengah seperti Hitam, Hijau, Hitam berpadu dengan emas, dan berbagai warna cerah lainnya.
Pakaian adat Jawa Tengah harus tetap dilestarikan. Cara melestarikan pakaian adat jawa dengan tetap menggunakan baju adat jawa di acara pernikahan khususnya pengantin, membuat acara festival baju adat jawa yang tujuan nya untuk memperkenalkan kepada anak kecil & masyarakat luas bahwa baju adat jawa warisan indonesia dan perlu d lestarikan,para desaigner baju juga bisa membuat baju desain baju adat jawa yang di modifikasi,agar pelanggan nya tau baju adat jawa bagus untuk di desain & di modifikasi sedemikian rupa.
Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/8489741#readmore
Sumber referensi :
https://www.raparapa.com/pakaian-adat/pakaian-adat-jawa-tengah/
https://satujam.com/pakaian-adat-jawa-tengah/
Komentar
Posting Komentar